MENERBITKAN BUKU SEMAKIN MUDAH DI PENERBIT INDIE
Resume ke-18
Tema : Menerbitkan Buku Semakin Mudah
di Penerbit Indie
Hari/Tanggal : Senin, 27 Juni 20022
Narasumber : Raimundus Brian Prasetyawan, S.Pd.
Moderator : Mutmainah
Gelombang : 25
Bismillah….
Malam ini memasuki pertemuan ke-18. Artinya, tinggal 2 pertemuan lagi peserta pelatihan sudah boleh menyusun naskah resume untuk dijadikan buku solo hasil pelatihan. Ditambah 10 pertemuan motivasi sebagai penguatan. Seperti yang kita ketahui buku merupakan muara akhir dari sebuah proses penulisan. Salah satu syarat lulus pelatihan ini adalah menerbitkan buku solo. Penerbit indie menjadi solusi karena kemudahan dalam menerbitkan buku. Bagaimana cara menerbitkan buku di penerbit indie akan dibahas pada pertemuan yang dimoderatori oleh ibu Mutmainah ini.
Tema Menerbitkan Buku Semakin Mudah di Penerbit Indie dibawakan oleh narasumber Bapak Raimundus Brian Prasetyawan, S.Pd yang akrab disapa Pak Brian. Pak Brian lahir di Jakarta, 30 Juni 1992. Kini tinggal di Bekasi dan berprofesi sebagai guru SD di Jakarta. Memulai aktivitas menulis ketika blog pertamanya (www.praszetyawan.com) dibuat pada tahun 2009. Profilnya pernah dimuat dalam buku berjudul "Majors For The Future".
Puluhan
tulisannya sudah dimuat di berbagai media cetak. Sebagian besar dimuat di Tabloid
Bola, Harian Bola, Tabloid Soccer. Penulis 3 buku solo dan 14 buku antologi,
juga aktif di berbagai diberbaga pelatihan kelas menulis sebagai Narasumber.
Ketua Komunitas Cakrawala Blogger Guru Nasional. Relawan Pengurus Pelatihan
Belajar Menulis PGRI. Profil beliau dapat dibaca pada tautan https://www.praszetyawan.com/p/profil.html
Menerbtkan
buku semakin mudah karena sekarang ini ada penerbit indie yang melayani
penerbitan buku tanpa seleksi. Dahulu Ketika penerbit indie belum eksis seperti
sekarang ini, hanya penerbit mayor seperti Gramedia, Grasindo, Erlangga, Elex
Media, Andi dll.
Tahap
seleksi naskah menjadi tantangan untuk bisa menembus penerbit mayor. Penulis
harus berjuang mencoba mengirim naskah ke beberapa penerbit hingga bisa
diterima oleh suatu penerbit mayor. Penolakan naskah menjadi makanan
sehari-hari penulis. ketika naskah diterima pun proses penerbitannya sangat
lama. Kini ada penerbit indie yang bisa menjawab rintangan-rintangan tersebut.
Ciri-ciri Penerbit Indie
· Tidak ada seleksi, semua naskah pasti diterbitkan
· Proses terbit cepat (1-3 bulan)
· Biaya penerbitan bervariasi tergantung ketentuan dan fasilitas penerbitan
· Biaya cetak ulang dan ongkir ditanggung penulis
· Penulis menentukan sendiri harga bukunya.
· Tidak memasarkan buku ke toko buku.
· Penulis harus memasarkan sendiri bukunya jika ingin bukunya laris.
Bagi penulis pemula tentu penerbit indie menjadi solusi untuk bisa mewujudkan impian memiliki buku karya sendiri. Konsekuensi jika menerbitkan buku di penerbit indie (tanpa seleksi), kita perlu mengeluarkan biaya untuk mendapat fasilitas penerbitan atau jika ingin cetak ulang.
Berikut
adalah contoh buku yang ditulis oleh Pak Brian yang sudah diterbitkan oleh
penerbit indie:
- Buku Blog Untuk Guru Era 4.0 (https://www.praszetyawan.com/2020/02/buku-blog-untuk-guru-era-40.html)
- Aksi Literasi Guru Masa Kini (https://www.praszetyawan.com/2020/06/buku-aksi-literasi-guru-masa-kini.html)
- Menerjang Tantangan Menulis Setiap Hari (https://www.praszetyawan.com/2020/10/buku-solo-terbaru-menerjang-tantangan.html)
Adapun
hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih atau menentukan penerbit indie,
antara lain: biaya penerbitan, fasilitas penerbitan, batas maksimal jumlah
halaman, ketentuan dan biaya cetak ulang, ada atau tidaknya master PDF, dan
jumlah buku yang didapat penulis.
Pak
Brian membantu peserta pelatihan dengan memberikan alternatif pilihan penerbit
yang sudah terpercaya dengan harga terjangkau dan mengawal sampai naskah terbit
menjadi buku.
Beliau
memiliki rekanan penerbit indie yaitu Penerbit Depok dan Penerbit Malang. Kedua
penerbit indie tersebut memiliki kinerja yang sudah tidak diragukan lagi, hasil
cetakannya bagus dan tidak perlu takut mengalami hambatan, karena ada beliau
yang mengawal dan menjamin buku sampai terbit.
Dari
tabel di atas dapat disimpulkan bahwa Penerbit Depok cocok untuk sekedar
menerbitkan buku saja, tidak berencana cetak ulang, sekadar untuk pribadi saja,
sehingga tidak perlu jumlah buku yang
banyak. Maka biaya penerbitannya lebih terjangkau. Di sisi lain, biaya
penerbitan yang terbilang murah membuat biaya cetak ulang di Penerbit Depok
cukup lumayan.
Penerbit
Malang cocok bagi penulis yang berencana menjual bukunya, karena jumlah buku
yang diberikan lebih banyak. Dengan biaya penerbitan 650.000 terhitung lebih
hemat. Jika stok buku habis, bisa cetak ulang lagi dengan biaya cetak per buku
lebih murah dibanding Penerbit Depok.
Syarat
dan ketentuan Penerbit Depok
https://www.praszetyawan.com/2021/10/murah-banget-menerbitkan-buku-ber-isbn.html
Syarat dan ketentuan Penerbit Malang
https://www.praszetyawan.com/2021/09/ini-cara-menerbitkan-buku-dengan-mudah.html
Perpusnas
memiliki kebijakan pembatasan penerbitan nomor ISBN. Kedua penerbit rekanan Pak
Brian tersebut tetap bisa mengeluarkan nomor ISBN, meskipun sekarang ini memerlukan
waktu cukup lama (3-4 bulan) untuk menerbitkan buku ber-ISBN.
Jika
ingin mengirim naskah ke salah satu penerbit indie tersebut, naskah dapat
dikirim melalui WA Pak Brian, dengan menyertakan kelengkapan naskah yaitu:
cover (judul buku dan nama penulis saja), prakata, daftar isi (tanpa nomor
halaman), profil penulis, dan sinopsis. Kesemuanya digabung dalam 1 file word.
Untuk selanjutnya, proses penerbitan buku hanya bisa ditunggu, karena
menerbitkan buku tidak seperti fotocopy yang bisa sehari jadi.
Berikut
adalah contoh buku-buku karya peserta PBM PGRI yang sudah terbit melalui
Penerbit Depok.
https://pelatihanbelajarmenulis.blogspot.com/2021/06/galeri-buku-karya-peserta-belajar.html
Pada
sesi tanya jawab terdapat 11 pertanyaan seputar menerbitkan buku melalui
Penerbit Depok dan Penerbit Malang yang kesemuanya dijawab dengan tuntas oleh
Pak Brian sebagai narasumber. Adapun closing statement dari narasumber sebagai
penutup adalah bahwa menerbitkan buku sekarang itu mudah karena ada penerbit
indie. Jadi jangan takut untuk menerbitkan buku jika kita punya naskah. Naskah
jangan hanya disimpan di folder dalam laptop saja. Siapa tahu orang lain
menyukai atau bahkan membutuhkan tulisan kita.
Di
sisi lain, kita harus tanggung jawab dengan tulisan kita yang akan diterbitkan.
Untuk itu naskah harus dibaca ulang lagi sebelum dikirim ke penerbit. Siapa
tahu ada yang masih perlu diperbaiki. Di dalam naskah buku tidak boleh ada
singkatan-singkatan seperti: utk, tdk, yg, dan lainnya. Alangkah lebih baik
jika peserta sudah mulai menyusun naskah, menggabungkan dan merapikan
resume-resume di file word. Mumpung masih dalam suasana pelatihan dan semangat
masih tinggi sehingga diharapkan buku solo sebagai hasil pelatihan ini segera bisa
diterbitkan.
Alhamdulillah….
Lengkap. Semangat terus ibu💪 Indie menanti😊
BalasHapus