KIAT MENULIS CERITA FIKSI
Resume ke-10
Tema :
Kiat Menulis Cerita Fiksi
Hari/Tanggal : Rabu, 08 Juni 2022
Narasumber : Sudomo,S.Pt.
Moderatoe : Sigid Purwo Nugroho
Gelombang
: 25
Bismillah….
Berusaha
meluangkan waktu bukan menunggu waktu luang, begitulah motivasi yang selalu
digaungkan oleh Om Jay dan Tim Solidnya dalam WAG PBM PGRI. Benar juga terlebih kesibukanku belum seberapa
dibandingkan kesibukan mereka. Kalau mereka yang super sibuk saja bisa, kenapa
aku tidak? Semangat!
Duduk
manis di depan laptop sembari ditemani secangkir kopi pahit dan sepiring pisang
goreng (yang ini fiksi,he…), kubuka kembali materi Kiat Menulis Cerita Fiksi
dalam format video dengan tautan https://youtu.be/dXX9RWxT_u8
yang dibagikan oleh moderator pertemuan kali ini yaitu Pak Sigid Purwo Nugroho.
Penyampaian
manteri yang berbeda dari sebelumnya, dimana peserta pelatihan diminta untuk
belajar mandiri terlebih dahulu agar memiliki pengetahuan awal, sehingga memiliki
kesiapan yang cukup untuk berdiskusi/belajar lebih lanjut pada malam harinya. Jadi,
pada saat kelas berlangsung tinggal penguatan materi dan tanya jawab, begitu
pesan moderator. Berasa sedang mengikuti pelatihan Calon Guru Penggerak (CGP),
he…
Malam
harinya, seperti biasa, setelah dibuka oleh moderator, narasumber kali ini
yaitu Bapak Sudomo, S.Pt., menyampaikan salam dan menyapa peserta pelatihan. Tak
lupa juga beliau mengucapkan selamat merayakan Galungan dan Kuningan bagi peserta
yang merayakannya.
Adapun
alur belajar malam ini agak berbeda dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya. Pak
Sudomo mengadopsi alur belajar MERRDEKA (Mulai dari Diri, Eksplorasi
Konsep, Refleksi, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi
Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antar Materi, dan Aksi
Nyata) dari Program Pendidikan Guru Penggerak (PPGP) yang dimodifikasi sesuai dengan
kelas dan materi pelatihan. Wah, narasumber secara tidak langsung mengingatku mengingatkan
aku pada tugas-tugas akhir PPGP Angkatan 4 yang belum kelar,he…
Mulai dari Diri
Jujur
saja, aku belum pernah memiliki pengalaman menulis cerita fiksi. Aku merasa
lebih mudah menuangkan ide cerita berdasarkan pengalaman baik pengalaman sendiri
maupun orang lain. Hal tersebut mungkin dikarenakan daya khayal atau imajinasiku
kurang tinggi. Padahal sejak kecil aku penyuka cerita fiksi.
Eksplorasi Konsep
1. Mengapa Harus Belajar Menulis Fiksi?
Berikut
ini adalah beberapa alasan harus belajar menulis fiksi, antara lain : Salah
satu aspek yang dinilai dalam Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) adalah Literasi
Teks Fiksi; Sebagai cara menemukan passion dalam bidang kepenulisan;
Sebagai upaya menyembunyikan dan menyembuhkan diri; dan Sebagai jalan
mengeksplorasi kemampuan menulis.
2. Syarat Menulis Cerita Fiksi
Adapun
syarat-syarat menulis cerita fiksi, yaitu: mempelajari Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
yang berfungsi untuk meningkatkan kompetensi diri dalam swasunting setelah
selesai menulis cerita fiksi; memahami dasar-dasar menulis cerita fiksi.
Dasar yang kuat akan memudahkan menulis cerita fiksi; dan menjaga konsistensi
menulis. Konsistensi menulis membuat kita menemukan gaya penulisan.
3. Apa Saja Bentuk Cerita Fiksi?
Bentuk cerita fiksi antara lain: Fiksimini, beberapa kata yang menggambarkan satu cerita utuh, contoh https://s.id/contohfiksimini ; Flash Fiction, jumlah kata khusus, misalnya 50 kata, 100 kata, dll. Contoh https://s.id/contohflashfiction ; Pentigraf, cerita pendek tiga paragraf. Contoh https://s.id/contohpentigraf ; Cerpen, jumlah kata < 7.500. Contoh https://s.id/contohcerpen ; Novelet, jumlah kata mulai dari 7.500 sampai 17.500 kata; Novela, jumlah kata mulai dari 17.00 sampai 40.000 kata; Novel, jumlah kata lebih dari 40.000 kata.
4. Apa Saja Unsur Pembangun Cerita Fiksi?
Tema
Tema
merupakan ide pokok cerita. Tips menentukan tema yaitu dekat dengan penulis,
menarik perhatian penulis, bahan mudah diperoleh, dan ruang lingkup terbatas.
Sadangkan cara menentukan tema yaitu menyesuaikan dengan minat, mengangkat kehidupan
nyata, berimajinasi, membaca, dan mendengarkan curahan hati. Contoh tema antara
lain: Perjuangan guru selama PJJ; Pendidikan dan kemiskinnan; dan Berkah
kejujuran.
Premis
Permis
yaitu ringkasan cerita dalam satu kalimat. Unsur-unsur premis yaitu karakter,
tujuan tokoh, rintangan/halangan, dan resolusi. Sedangkan cara membuat premis
yaitu dengan menuliskan masing-masing unsur pembentuknya kemudian dirangkai
menjadi satu kalimat utuh. Contoh: Seorang anak SD mengajak dua orang
temannya melakukan perjalanan ke rumah kakeknya dan berusaha memperoleh
pemahaman tentang materi IPA.
Alur/plot.
Alur/plot
merupakan struktur rangkaian kejadian dalam cerita. Macam-macam alur yaitu alur
maju, alur mundur, alur campuran, alur flashback, dan alur kronologis. Adapun
unsur-unsur alur/plot yaitu pengenalan cerita, awal konflik, menuju konflik, konflik
memuncak/klimaks, penyelesaian/ending. Unsur-unsur alur/plot urutannya dapat
diubah tergantung pada jenis alur/plot yang dilih.
Penokohan
Penokohan
merupakan penjelasan selangkah demi selangkah penjelasan karakter tokoh secara
detail karakter dalam cerita. Macam-macam tokoh yaitu protagonis, antagonis,
dan tritagonis. Adapun teknik penggambaran tokoh yaitu analitik, fisik dan
perilaku tokoh, lingkungan tokoh, tata Bahasa tokoh, dan penggambaran oleh
tokoh lain.
Latar/Setting
Latar/setting
merupakan penggambaran waktu, tempat, dan suasana terjadinya
peristiwa-peristiwa dalam cerita. Adapun jenis-jenis latar yaitu latar waktu,
latar tempat, latar suasana, latar sosial, latar material, dan latar integral.
Sudut
Pandang
Sudut
pandang merupakan cara penulis menempatkan dirinya terhadap cerita yang
diwujudkan dalam pandangan tokoh cerita. Adapun macam-macam sudut pandang yaitu
orang pertama tunggal, orang pertama jamak, orang kedua, orang ketiga tunggal, orang
ketiga jamak, dan campuran.
5. Bagaimana Kiat Menulis Cerita Fiksi?
Tips
atau kiat-kiat menulis cerita fiksi, antara lain: a) Niat, merupakan motivasi
diri untuk memulai dan menyelesaikan tulisan; b) Membaca fiksi orang lain, sebagai
upaya menemukan bahan belajar/referensi berupa ide, pemilihan kata, serta gaya
dan teknik penulisan; d) Menemukan ide dengan cara mengembangkan imajinasi dan
memilih genre yang disukai dan dikuasai; e) Membuat outline atau kerangka
tulisan yang disusun berdasarkan unsu-unsur pembangun cerita fiksi.
Adapun
saat mulai menulis usahakan untuk membuka cerita dengan baik (dialog, kutipan,
kata unik, konflik); melakukan pengenalan tokoh dan latar dengan baik dengan
cara memaparkan secara jelas kepada pembaca; menguatkan sisi konflik internal
dan eksternal tokoh; menggunakan pertimbangan yang logis agar tidak cacat
logika dan memperkuat imajinasi; memilih susunan kalimat yang pendek dan jelas;
memperkuat tulisan dengan pemilihan kata (diksi); dan membuat ending yang baik.
Swasunting
atau editing dilakukan setelah selesai menulis, Sebaiknya tidak melakukan
penyuntingan/editing sambal menulis. Penyuntingan difokuskan pada kesalahan
pengetikan, pemakaian kata baku dan istilah, aturan penulisa, ejaan, dan logika
cerita.
Ruang Kolaborasi
Pada
bagian ini, berdasarkan pemahaman, peserta diminta berkolaborasi dengan
narasumber untuk menulis cerita fiksi. Narasumber membagikan beberapa kalimat
pembuka, kemudian peserta melanjutkan cerita
tersebut dan hasilnya dikirimkan ke Pak Sigid sebagai moderator.
Berikut
adalah hasil kolaborasiku yang sempat kukirimkan meskipun tidak diteruskan ke grup
WA. Maklum kuota terbatas,he…
"Aku tidak mau!"
Terdengar suara memecah gelapnya malam. Sesaat setelahnya menghilang. Hanya angin memenuhi pekat malam. Sepertinya aku mengenali suara itu. Itu adalah suara...
Andi
tetangga depan rumahku. Remang-remang kulihat Andi pun berlari menembus
gelapnya malam meninggalkan Tomi yang masih sibuk dengan usahanya menggali
kuburan tua tak bernisan itu.
Sedang
apa mereka? Benakku dipenuhi tanda tanya.
Demonstrasi Kontekstual
Pada
bagian ini, sebagai penguatan, narasumber mengajak peserta untuk kembali mencerna materi terkait menulis cerita fiksi, terutama menyangkut premis, Narasumber ingin
mengetahui sejauh mana peserta mengenal premis. Peserta kemudian dipersilakan untuk
memilih satu cerita dari tiga cerita yang menjadi perwakilan peserta dalam grup
WA, kemudian diminta menuliskan premisnya. Sebelumnya narasumber mengingatkan
bahwa premis adalah ringkasan cerita yang berisi tokoh, tantangan, dan
resolusi. Nah di sinilah terjadi miskomunikasi. Ternyata premis yang
kukirim ke moderator, adalah premis atas ceritaku sendiri alias tidak sesuai
dengan syarat dan ketentuan yang berlaku,ha…ha…ha…
Seorang
pemuda yang ingin menjadi sakti/kebal dengan mencari jimat berupa tulang dari manusia
sakti/kebal di sebuah makam tua.
Elaborasi Pemahaman
Pada
bagian ini, narasumber menggarisbawahi materi yang ada di video. Beberapa hal
penting yang menjadi catatan bersama dalam menulis sebuah cerita fiksi.
1)Alasan
harus menulis cerita fiksi selain karena saat ini ada AKM dengan materi teks literasi
fiksi, juga dengan belajar menulis cerita fiksi kita bisa menyembunyikan dan
menyembuhkan luka.
2)
Bentuk cerita fiksi di antaranya, yaitu fiksimini, flash fiction, pentigraf,
cerpen, dan novel.
3)
Unsur pembangun cerita fiksi meliputi tema, premis, penokohan, latar/setting,
sudut pandang, dan alur/plot.
4)
Kiat menulis fiksi yang utama adalah niat dan komitmen yang kuat untuk belajar,
baca karya fiksi karya orang lain untuk menemukan berbagai gaya penulisan, ide
cerita, dan teknik penulisan. Selanjutnya adalah ide dan genre cerita carilah
yang disukai dan dikuasai. Berikutnya adalah membuat outline atau kerangka
karangan agar cerita tidak melebar. Setelah itu adalah mulai menulis, melakukan
swasunting setelah selesai menulis dan memublikasikannya.
Koneksi Antar Materi
Pada
bagian ini peserta bisa melengkapi keterkaitan antara materi satu dengan yang
lainnya. Tujuannya adalah agar bisa mendapatkan pemahaman yang lebih
menyeluruh. Narasumber bagikan sebuah peta konsep untuk kemudian bisa dilengkapi
pada saat membuat resume.
Aksi Nyata
Pada
bagian ini peserta diminta melakukan
aksi nyata hasil belajar dengan cara menulis resume pertemuan ke-10 ini. Resume
yang mengelaborasikan materi kali ini dengan pengalaman pribadi. Seperti resume
yang pernah saya buat dalam bentuk cerita fiksi anak di blog saya http://bianglalakata.worspress.com
Setelah
sesi tanya jawab, peserta diminta melakukan refleksi untuk pembelajaran kali
ini di blog masing-masing melalui resume.
Refleksi
iya bunda tetap semngat gk pa2, ada fiksi berarti sering ngayal, meski kopi pahit n pisang goreng hanya fiksi. hihi.. bgus bnget rsumenya
BalasHapus