PROOFREADING SEBELUM MENERBITKAN TULISAN

 

Resume ke-12

Tema               : Proofreading Sebelum Menerbitkan Tulisan

Hari/Tanggal  : Senin, 13 Januari 2022

Narasumber    : Susanto, S.Pd.

Moderator       : Nur Dwi Yanti

Gelombang     : 25



Bismillah….

Pertemuan ke-12 pada malam ini dibuka oleh moderator Ibu Nur Dwi Yanti seorang alumni BM 24 yang akrab dipanggil Bu Yanti. Setelah memperkenalkan diri, moderator pun kemudian memperkenalkan narasumber yang akan menyampaikan materi dengan tema Proofreading Sebelum Menerbitkan Tulisan, yaitu Bapak Susanto, S.Pd. Dalam dunia kepenulisan, Bapak Susanto dikenal dengan Pak D. Asal usul nama Pak D diceritakan secara singkat pada CV yang dibagikan oleh moderator. Untuk mengenal narasumber lebih jauh dapat dibaca pada tautan https://blogsusanto.com/artikel/

Jika pada BM Gelombang 24, Bu Yanti memiliki pengalaman berkesan dengan Pak D karena tulisannya di tautan https://yantisdnmuncultiga.blogspot.com/2022/02/cici-belajar-menulis-cerita-fiksi.html   dijadikan bahan diskusi, maka tulisan yang dijadikan bahan diskusi kali ini diambil pada tautan https://castleofwisdom7.blogspot.com/2022/06/pelatihan-belajar-menulis-pertemuan-ke.html

Saya langsung penasaran karena dari nama blognya tidak langsung ketahuan siapa nama pemiliknya. Selamat ya, Pak Sim, anda merupakan salah satu peserta yang beruntung, akan memiliki kesan mendalam karena tulisannya dijadikan bahan diskusi, seperti pengalaman Bu Yanti. Berikut adalah stimulus awal materi malam ini:

Bahan diskusi malam ini

mengapa harus belajar menulis fiksi?

apa saja syarat menulis fiksi?

apa saja bentuk cerita fiksi?

Apa saja unsur pembangun cerita fiksi

bagaimana kiat menulis cerita fiksi?

Proofreading atau kadang disebut dengan uji-baca adalah membaca ulang sebuah tulisan, tujuannya adalah untuk memeriksa apakah terdapat kesalahan dalam teks tersebut. Jika kita membuka Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), pasti akan segera tahu "kesalahan" pada tulisan tersebut. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kalimat baru, baik kalimat berita, tanya, atau perintah.

Dengan melakukan proofreading, kesalahan yang dimaksud di sini termasuk kesalahan penggunaan tanda baca, ejaan, konsistensi dalam penggunaan nama atau istilah, hingga pemenggalan kata dapat diminimalkan. Penulis, sebaiknya juga seorang proofreader, setidaknya untuk tulisannya sendiri. Selain meringankan tugas editor, jika tulisan diapresiasi baik, maka akan dibaca tuntas oleh pembacanya.

Menurut Pak D, tugas seorang proofreader bukan hanya membetulkan ejaan atau tanda baca. Seorang proofreader juga harus bisa memastikan bahwa tulisan yang sedang ia uji-baca bisa diterima logika dan dipahami.

Proofreader harus dapat mengenali: 1) apakah sebuah kalimat efektif atau tidak;  2) susunannya sudah tepat atau belum; 3) substansi sebuah tulisan dapat dipahami oleh pembaca atau tidak.

Misalnya, seorang proofreader mendapatkan tugas untuk menguji-baca sebuah teks terjemahan. Output yang dihasilkannya adalah sebuah teks yang mudah dipahami meski bagi orang yang tidak mengetahui bahasa asal teks terjemahan tersebut. Jadi, tugas seorang proofreader adalah untuk membuat teks mudah dipahami pembaca dan tidak kehilangan substansi awalnya.

Seringkali ketika "sedang" menulis, muncul keinginan agar tulisan ini harus sempurna. Akibatnya, muncul kehawatiran: nanti tulisan jelek, tdak layak baca, banyak kesalahan ejaan, kalimatnya tidak pas, dan sebagainya. Setelah tulisan jadi, endapkan barang sejenak agar pikiran tidak larut dalam tulisan. Kemudian, lakukan proofreading dan bersikaplah netral. Artinya, menilai karya penulis secara objektif. Bertindaklah sebagai seorang “calon pembaca”.

Selanjutnya, Pak D, menjelaskan langkah-langkah melakukan proofreading sebagai berikut:

Langkah Pertama

Merevisi draf awal teks. Membuat perubahan signifikan pada konten dan memindahkan, menambahkan, atau menghapus seluruh bagian.

Langkah Kedua

Merevisi penggunaan bahasa: kata, frasa, dan kalimat serta susunan paragraf untuk meningkatkan aliran teks.

Langkah Ketiga

Memoles kalimat untuk memastikan tata bahasa yang benar, sintaks yang jelas, dan konsistensi gaya. Memperbaiki kalimat kalimat yang ambigu.

Langkah Keempat

1.  Cek ejaan. Ejaan ini merujuk ke KBBI, tetapi ada beberapa kata yang mencerminkan gaya penerbit.

2.  Pemenggalan kata-kata yang merujuk ke KBBI.

3.  Konsistensi nama dan ketentuannya.

4.  Perhatikan judul bab dan penomorannya.

Penulis sebaiknya menghindari kesalahan kecil yang tidak perlu misalnya typo atau kesalahan penulisan kata dan penyingkatan kata. Kesalahan kecil lainnya misalnya, memberi spasi (jarak) kata dan tanda koma, tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya. Tanda-tanda baca tersebut tidak boleh diketik terpisah dari kata yang mengikutinya.

Cara mudah melakukan proofreading terutama pada typo, sudah dilakukan narasumber mempraktikkan apa yang diajarkan oleh ibu Rita Wati (Guru, Penulis, Narasumber, Youtuber, sahabat Kelas Belajar Menulis). Pak D membuat video dari apa yang diajarkan bu Rita Wati di Youtube dengan tautan https://www.youtube.com/watch?v=tZZgrv5-JXo

Alhamdulillah…

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjadikan Menulis Sebagai Passion

IDE MENULIS BAGI GURU

MENULIS BUKU DARI KARYA ILMIAH